Gagal Jantung Penyakit Berbahaya yang Harus Diwaspadai
Jantung memiliki peran penting yang bekerja sebagai pompa untuk mengirimkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Jika tidak berfungsi dengan optimal, maka akan terjadi gangguan.Bahkan, bisa mengakibatkan gagal jantung yang juga sangat berbahaya seperti penyakit kanker. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Intervensi Dr. dr. Antonia Anna Lukito SpJP(K), memberi gambaran betapa masyarakat perlu waspada terhadap gagal jantung.
Mengutip data statistik global, dari total pasien, sekitar 24% pasien gagal jantung meninggal dunia 1 tahun setelah diagnosis ditegakkan. Dalam 5 tahun, angka kematian pasien gagal jantung semakin mendekati 50%.
“Gagal jantung merupakan kondisi kelemahan otot-otot jantung secara perlahan sehingga jantung tidak mampu memompa darah dan oksigen dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akibatnya, seseorang akan merasa lemah, kurang bertenaga, mengalami sesak napas, serta terdapat penumpukan cairan dalam tubuh,” jelas Antonia.
Tak jauh berbeda dengan penyakit kanker, gagal jantung juga memiliki tingkatan stadium 1, 2, 3, dan 4. Sayangnya, banyak pasien yang terlambat memeriksakan diri.
“Ketika seseorang merasakan keluhan, barulah berkonsultasi kepada dokter. Umumnya, itu dilakukan saat stadium 3 dan 4. Karena gejala tidak terlalu tampak ketika pasien masih dalam kondisi stadium 1 dan 2,” lanjut Antonia.
Meski gejala jarang terdiagnosis pada saat stadium awal, bukan berarti pasien bisa mengesampingkan gagal jantung. Persentase angka kematian pada pasien stadium awal tetaplah ada dan mencemaskan.
Gejala dan Faktor Risiko
Sama halnya dengan penyakit lainnya, gagal jantung juga memiliki gejala umum yang bisa menjadi ‘alarm’ tubuh. Misalnya, napas yang pendek (sesak) dan rasa lemas berlebihan atau mudah lelah. Sedangkan gejala spesifik, jantung berdebar cepat, terjadi edema (bengkak) pada tungkai bawah, kaki, perut, dan leher, serta peningkatan berat badan dengan cepat.
Gejala-gejala tersebut muncul ketika seseorang memiliki faktor-faktor penyebab gagal jantung. Antara lain, kelainan jantung bawaan, serangan jantung, kelainan otot atau katup jantung, infeksi, serta kelainan otot jantung yang dipicu stres.
Selain gejala, perlu dipahami juga mengenai faktor risiko. Penerapan gaya hidup dengan pola konsumsi alkohol atau obat berlebihan merupakan salah satunya. Ada pula penyakit-penyakit lain yang bisa menjadi pemicu gagal jantung, yaitu diabetes, gangguan ginjal, dan tekanan darah tinggi.
Meski mencemaskan, risiko gagal jantung tetap bisa dikurangi. Dimulai dari rutin melakukan medical checkup untuk mengetahui tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar kolesterol.
Menerapkan pola hidup sehat wajib dilakukan agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Hal penting lainnya, lekas berkonsultasi dengan dokter jika tubuh merasa cepat lelah secara tidak wajar.
Heart Failure Clinic
Lalu, apa yang harus dilakukan jika seseorang terlanjur terkena gagal jantung? Janganlah khawatir, Antonia meyakinkan bahwa seseorang tetaplah mampu hidup berkualitas.
Caranya, minum obat teratur sesuai anjuran dokter, membawa obat selama bepergian, serta membuat catatan harian berat tubuh. Terapkan pula diet rendah garam, menghindari minum berlebihan (cukup 4–6 gelas per hari), berhenti merokok, dan tetaplah berolahraga ringan secara teratur.
Jika secara medis, pengobatan tidak cukup, maka dapat dilakukan dengan pemantauan detak jantung, penanaman implan, dan tindakan pembedahan. Demi menciptakan hidup berkualitas bagi para penderita gagal jantung, Siloam Hospitals Lippo Village Karawaci Tangerang, juga ikut mengambil peran dengan menghadirkan Heart Failure Clinic.
Diluncurkan pada 14 Februari 2017, klinik yang khusus dibuat untuk penanganan pasien dengan diagnosis dan tanda-tanda gagal jantung secara terpadu resmi dibuka untuk umum.
Kehadiran Heart Failure Clinic bertujuan untuk membantu pasien gagal jantung memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Sebagai contoh pasien yang awalnya kondisinya hanya bisa beraktivitas di tempat tidur, kemudian dengan mengikuti anjuran dan dimonitor kesehatannya melalui program yang diterapkan tim Heart Failure Clinic, maka diharapkan kondisi pasien bisa berangsur membaik hingga beraktivitas kembali.
Melalui layanan klinik ini, pasien akan menyadari bahwa mereka tidaklah sendirian ketika menghadapi gagal jantung. Ada tim terpadu yang membantu. Mulai dari spesialis jantung, edukator, fisioterapis, ahli gizi klinis, farmasi klinis, perawat, manajer identifikasi, pemerhati psikososial, hingga koordinator CRT/CRTD (cardiac resynchronization therapy/ Cardiac Resynchronisation Therapy Defibrillators atau alat pacu jantung).
“Tim yang saling berintegrasi inilah yang membantu memantau kondisi pasien agar kembali produktif,” tutur Antonia.
Selain itu, Heart Failure Clinic diharapkan dapat memberikan penanganan komprehensif bagi pasien gagal jantung, mulai dari pelayanan edukasi sampai rehabilitasi. Harapannya, pasien dapat menerima informasi mengenai penanganan kasus gagal jantung dengan benar sekaligus membuka wawasan pasien dan kelurga pasien mengenai gagal jantung.
Ditambah lagi, bisa meningkatkan harapan hidup, mengurangi keluhan, meningkatkan kepatuhan berobat, bahkan menurunkan jumlah kunjungan ke UGD, rawat inap, dan lama perawatan.
Berkat layanan perawatan pasien yang ditangani tim terpadu, terintegrasi, serta terlatih, pasien yang hidup dengan gagal jantung tetap bisa menjalani hidup berkualitas.
detik.com
Leave A Comment